download

Perayaan Waisak di Candi Borobudur Berpotensi Jadi Magnet Kunjungan Wisata Spiritual

2 minutes

Perayaan hari Tri Suci Waisak 2567 BE di Candi Borobudur menjadi momentum dalam meningkatkan nilai Candi Borobudur. Kedepannya, candi warisan budaya dunia ini akan dikembangkan secara berkelanjutan, yang mengedepankan nilai-nilai pendidikan, spiritual, dan budaya.

Direktur Pemasaran, Pelayanan, dan Pengembangan Usaha PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko (TWC), Hetty Herawati mengatakan hal ini selaras dengan pangsa pasar Asia yang menjadi pusat market wisata spiritual. 

“Asia market yang besar sekali untuk wisata ziarah. Tak hanya punya keunggulan dari sisi spiritual, Candi Borobudur juga punya nilai-nilai universal,” ujar Hetty di Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Sabtu (3/6/2023).

Hetty mencontohkan bagaimana sambutan hangat masyarakat Indonesia, baik dari umat Islam, Kristen, Katolik, Hindu, dan Konghucu kepada 32 biksu yang menjalani ritual Thudong atau berjalan kaki menuju Candi Borobudur. Hetty meyakini daya tarik Candi Borobudur akan terus meningkat dengan sejumlah terobosan yang kian memberikan kenyamanan bagi umat Buddha maupun wisatawan.

“Menurut saya, perayaan Waisak ini langkah awal untuk ke depan yang lebih baik dengan kita mengembangkan konektivitas agar menjadi ekosistem untuk orang-orang yang antusias terhadap spiritual tourism maupun wisatawan umum,” ucap Hetty.

Secara terpisah, Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan bahwa 42 persen penduduk Asia Tenggara beragama Buddha. Erick menilai keberadaan Candi Borobudur harus menjadi medium sebagai bukti kekuatan akan keberagamaan di Indonesia.

“Empat puluh dua persen itu angka yang besar dan kebetulan Allah SWT memberikan Candi Borobudur kepada bangsa kita. Ini saya rasa spesial yang menjadi bagian untuk terus menjaga perbedaan menjadi kekuatan,” ucap pria kelahiran Jakarta tersebut.

Untuk itu, Erick terus mendorong BUMN holding pariwisata dan pendukung atau Injourney dan anak usahanya, PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko (TWC), untuk menjaga keseimbangan Candi Borobudur. Erick menekankan penataan Candi Borobudur tak sekadar berbasis pada aspek wisata, melainkan juga menjaga nilai-nilai spiritual, edukasi, dan sejarah.

“Sebagai sebuah aset yang tidak ternilai, kita ingin menjaga keseimbangan di Candi Borobudur ini sebagai tempat wisata, tetapi punya nilai spiritual, pendidikan, dan juga sejarah. Keseimbangan ini yang harus kita jaga, jangan sampai juga Borobudur yang luar biasa ini hanya jadi tempat wisata, tapi kehilangan nilai spiritual,” pungkasnya.