Momen Peringatan Hari Tri Suci Waisak 2569 BE di Candi Sewu Prambanan
Candi Sewu atau Manjusri Grha menjadi salah satu situs cagar budaya yang menjadi tempat persembahyangan pada hari Tri Suci Waisak 2569 BE. Persembahyangan yang digelar oleh Keluarga Buddhayana Indonesia (KBI) ini diikuti oleh ribuan umat Buddha yang berasal dar dari berbagai daerah, antara lain Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jakarta, Palembang, Lampung, Banjarmasin dan Papua.
Ritual yang berlangsung sederhana ini diikuti oleh umat yang memadati area timur Candi Sewu dari siang hingga malam hari menjelang detik-detik Waisak yang jatuh pada pukul 23.59.29 WIB. Prosesi dimulai dengan kirab sarana puja dari Candi Lumbung menuju altar utama di Candi sewu. Prosesi dilanjutkan dengan pensakralan altar, ritual puja bakti, meditasi jelang detik-detik Waisak dan ditutup dengan pradaksina mengelilingi Candi Sewu.
Ketua Panitia Waisak Candi Sewu Daryono mengatakan bahwa peringatan Hari Tri Suci Waisak di Candi Sewu mengusung tema Semangat Kebersamaan untuk Indonesia Maju. Perayaan tahunan ini menjadi momentum spiritual sekaligus sosial yang menggugah semangat toleransi dan persatuan bangsa.
“Indonesia adalah rumah besar kita bersama. Keberagaman budaya, suku, agama, ras dan golongan adalah berkah yang harus dirawat. Nilai-nilai universal ajaran Sang Buddha sangat relevan untuk memperkuat semangat kebhinekaan dan persatuan,” jelas Daryono.
Direktur Urusan dan Pendidikan Agama Buddha Kementerian Agama RI Nyoman Suriadarma menyampaikan apresiasi kepada panitia dan seluruh pihak yang telah mendukung terselenggaranya perayaan Waisak tahun ini.
“Saya sangat mengapresiasi Keluarga Buddhayana Indonesia yang dengan semangat dan dedikasi berhasil menyelenggarakan acara ini. Terima kasih juga saya sampaikan kepada Bupati Klaten, Kementerian Kebudayaan, dan pengelola Taman Wisata Candi atas dukungan fasilitas dan ruang yang memungkinkan umat Buddha merayakan Waisak di berbagai candi di Indonesia,” ujar Nyoman.
Pada acara Dharmasanti dihadirkan pementasan sendratari Sumunaring Manjushri Grha yang mengisahkan kemuliaan Bodhisatva Manjushri sebagai sosok yang melambangkan kebijaksanaan dan wawasan yang transenden. Menurut Daryono, dalam tradisi Buddhayana, Candi Sewu dikenal sebagai Manjushri Grha atau tempat yang dianggap sebagai perwujudan nilai-nilai kebijaksanaan dan keharmonisan.
“Pementasan ini menjadi simbol dari bersinarnya kembali rumah Manjushri, sekaligus pengingat bahwa nilai-nilai luhur yang diwariskan leluhur melalui arsitektur dan ajaran-ajaran spiritual dapat terus menyinari kehidupan masyarakat masa kini,” jelasnya.
Peringatan Waisak 2569 BE di Candi Sewu ini dihadiri oleh sejumlah tokoh, di antaranya Bupati Klaten Hamenang Wajar Ismoyo, Ketua Umum Sangha Agung Indonesia Bhikkhu Khemacaro Mahathera, Ketua Umum Majelis Buddhayana Indonesia Amin Untario, Ketua Wanita Buddhis Indonesia Lucy Salim, Ketua Umum Permabudhi Philip K. Widjaja, Ketua LPTGN, David Herman Jaya, dan Ketua Komisi XII DPR RI Bambang Patijaya dan beberapa undangan lainnya.

PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko atau InJourney Destination Management menggelar program Padat Karya Tunai (PKT) untuk pembangunan talud jalan di Dusun Dawung, Desa Bokoharjo, Prambanan, Sleman, Yogyakarta. Kegiatan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pemberdayaan warganya sembari memperbaiki fasilitas umum berupa talud jalan yang berada di […]

Upaya pelestarian budaya Jawa bisa sekaligus menjadi bagian penting mendukung promosi budaya tradisional Indonesia, terutama di luar negeri. Budaya Jawa yang kaya tradisi, seni, dan nilai-nilai luhur, memiliki daya tarik global dan dapat diperkenalkan kepada dunia melalui berbagai cara di luar negeri. Salah satunya melalui lokakarya yang diberikan kepada para diaspora di Belanda. Inisiatif ini […]