Sendratari Ramayana Prambanan Padhang Bulan Hadirkan Nuansa Magis Bulan Purnama dan Budaya Jawa nan Sakral
Sinaran cahaya bulan purnama menyinari megahnya Candi Prambanan, membingkai cerita cinta legendaris Rama dan Shinta di pertunjukan Sendratari Ramayana Prambanan Padhang Bulan. Pertunjukan yang diadakan saat bulan purnama ini menggabungkan keindahan seni pertunjukan, spiritualitas, dan tradisi Jawa yang magis.
Sendratari Ramayana Padhang Bulan akan dipentaskan secara rutin setiap bulan di malam purnama. Pertunjukan ini menjadi suguhan budaya unggulan baru dari unit Teater dan Pentas InJourney Destination Management. Pentas ini bukan hanya sekadar pertunjukan, melainkan sebuah pengalaman budaya yang kontemplatif dan sarat makna serta estetika Jawa.
GM Teater dan Pentas Esti Wahyujati mengatakan bahwa untuk mendukung pengalaman yang berkesan, timnya membangun atmosfer yang mendukung pertunjukan ini dengan cermat dan teliti, seperti pencahayaan, penari penyambut, kuliner jajan ndalu, moco weton dan lainnya.
“Pertunjukan ini dibangun dengan atmosfer natural. Saat pertunjukan, kami mengutamakan pencahayaan panggung dari sinar rembulan, dan meminimalisir penggunaan lampu sorot panggung. Kami hadirkan nuansa yang syahdu, sakral, dan tentu saja tetap menghadirkan hiburan khas Ramayana,” ujar Esti Wahyujati, Jumat (11/7/2025).
Pertunjukan Sendratari Ramayana Padhang Bulan berbeda dengan pertunjukan Ramayana Prambanan yang digelar reguler. Selain pencahayaan alami dari bulan purnama, pengunjung diajak untuk turut serta dalam satu prosesi pembersihan sebelum mengikuti prosesi kirab menuju area pertunjukan. Hal ini menjadi bentuk satu penghormatan terhadap budaya dan filosofi Jawa.
Suasana syahdu semakin lengkap dengan hadirnya Jajanan Ndalu, yakni sajian kuliner malam khas Jawa seperti wedang ronde, mendoan, telo rebus, dan camilan tradisional lainnya. Hidangan ini menjadi elemen tambahan yang memperkuat suasana dan menyempurnakan pengalaman budaya malam hari di kawasan Prambanan.
Salah satu pengunjung, Felita dari Semarang, mengaku terkesan dengan konsep yang ditawarkan. “Udah pernah nonton, cuma perasaan ini lebih magis karena di bulan purnama. Ini kayak seru banget, bukan hanya magisnya, namun juga kemodernan-nya juga,” ujarnya antusias.
Senada dengan itu, Magda dari Yogyakarta mengenang pengalaman masa kecilnya saat menonton Ramayana. “Keingat waktu kecil juga diajak ke Ramayana, apalagi sama teman-teman sekolah. Sekarang dikasih experience apalagi pas terang bulan, vibes-nya lebih berasa lagi, nuansanya ada mistis-mistis gitu rasanya,” tuturnya.
Esti Wahyujati berharap pementasan Ramayana Padhang Bulan tidak hanya menjadi suguhan wisata malam yang unik, memperkaya pengalaman wisata di Prambanan, tetapi juga menjadi perayaan warisan budaya yang kaya dan penuh nilai.
“Kembalinya tradisi ini, yang pernah digelar beberapa dekade silam, diharapkan bisa dicintai oleh wisatawan domestik maupun mancanegara serta mampu memperkuat posisi Prambanan sebagai destinasi budaya kelas dunia. Semoga pentas ini menjadi cahaya baru dalam panggung seni dan budaya kita,” pungkasnya.

Bupati Klaten Hamenang Wajar Ismoyo bersama Direktur Utama PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko Febrina Intan menyerahkan secara simbolis Beasiswa Bhakti Budaya kepada 45 pegiat seni dari 14 sanggar tari yang beraktivitas di Teater dan Pentas Ramayana Prambanan serta santunan bagi 45 ibu tunggal dan 100 anak yatim piatu di sekitar Candi […]

Puluhan pelari menyusuri jalan berbukit dan berliku sejauh kurang lebih 5 kilometer di kawasan Keraton Ratu Boko, Prambanan, Sleman, pada agenda Road to Sleman Temple Run (STR) 2025, Sabtu (12/7/2025). Event lari yang menyuguhkan lanskap pegunungan serta sejumlah area cagar budaya di kawasan Prambanan ini akan kembali digelar pada hari Minggu, 10 Agustus 2025. Perhelatan […]