Pendar Lukisan Candi Borobudur, Prambanan dan Candi Sewu di Kegelapan dengan Teknik PlatiGleam
InJourney Destination Management menyelenggarakan pameran lukisan Candi Borobudur, Candi Prambanan dan Candi Sewu dengan teknik PlatiGleam oleh seniman asal Portugal, Nelson Ferreira. Pameran bertajuk Nyawiji–The Unity ini akan dimulai dengan Pop Up Exhibition berlangsung di Lalitavistara Restaurant, Borobudur Cultural Center, kompleks Taman Wisata Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Minggu (24/8/2025). Pameran lukisan akan dimulai lagi pada awal bulan September 2025 di Museum Borobudur, Kampung Seni Borobudur.
Seri lukisan yang dibuat di malam hari langsung dari pelataran Candi Borobudur, Candi Prambanan dan Candi Sewu ini tidak hanya menampilkan keindahan artistik semata, tetapi juga merefleksikan dimensi spiritual, keheningan malam, serta aura historis dari situs-situs bersejarah dengan media visual yang unik dan berbeda.
Pameran dibuka dengan tarian Kidung Tribangga yang dibawakan Avadhana Dance Studio. Tarian ini diambil dan terinspirasi dari relief yang terpahat di pagar langkan Candi Borobudur, khususnya di bagian relief Karmawibhangga Borobudur.
Dalam sambutannya, Bupati Magelang yang diwakili oleh Kepala Dinas Pariwisata, Kepemudaan dan Olahraga (Disparpora) Kabupaten Magelang Mulyanto mengatakan bahwa pameran karya seni Nelson Ferreira ini bukan hanya sekedar ajang memamerkan lukisan, tetapi juga sebuah jembatan budaya yang menghubungkan Magelang dengan Portugal.
“Wujud merupakan bentuk nyata diplomasi budaya yang paling indah, di mana seni menjadi bahasa universal yang menyatukan kita semua. Semoga pameran ini juga dapat memperkaya wawasan tentang seni lukis, khususnya dari perspektif global,” jelasnya.
Commercial Group Head PT Taman Wisata Borobudur AY Suhartanto mengatakan bahwa pameran lukisan ini merupakan tindak lanjut dari program Twin World Heritage antara Candi Borobudur dengan Monastery Batalha Portugal.
“Kerja sama ini menekankan pada upaya pelestarian situs-situs heritage melalui pertukaran budaya antara kedua belah pihak, termasuk membuka ruang penciptaan seni yang menghadirkan perspektif baru dan segar, bukan hanya bagi destinasi semata, melainkan juga ekosistem seni di Indonesia,” jelasnya.
Teknik PlatiGleam merupakan pendekatan melukis kontemporer yang menggabungkan medium tradisional dengan eksplorasi refleksi cahaya di permukaan kanvas. Nelson Ferreira menggunakan latar gelap untuk kemudian menorehkan cahaya dalam bentuk pigmen khusus yang memunculkan goresan refleksi dari pantulan sinar cahaya. Lukisan-lukisan ini berubah makna ketika dilihat dari berbagai sudut atau intensitas cahaya, menghadirkan pengalaman visual yang imersif sekaligus kontemplatif.
Nelson Ferreira mengaku bahwa ketertarikannya untuk melukis situs-situs cagar budaya ini adalah untuk kembali menghormati dan memunculkan karya-karya monumental dari masa lalu. Menurutnya, ada keterpisahan antara peninggalan peradaban masa lalu dengan seni kontemporer saat ini, terutama di museum-museum Eropa.
“Saya mencoba menghubungkan kembali antara dunia spiritualitas dan dunia seni kontemporer. Saat ini, keduanya benar-benar terpisah. Jika Anda pergi ke museum seni kontemporer, mereka justru mengejek spiritualitas, agama-agama tradisional, serta mengabaikan budaya kuno. Sebagian besar museum tidak menemukan hal yang menarik di sini. Saya mencoba menghubungkan kembali keduanya, karena peninggalan heritage merepresentasikan nilai-nilai kemanusiaan yang pernah dihasilkan generasi terdahulu,” jelas Nelson Ferreira.
Nelson Ferreira merasa terhormat bisa melukis di pelataran ketiga candi ini di malam hari. Menurutnya, melukis di malam hari membuka perspektif yang lebih luas. Dirinya memiliki pandangan unik mengenai tiga candi ini.
“Candi Borobudur yang bentuknya menjalar ke bawah, mengajarkan kita untuk membumi. Candi Prambanan yang menjulang tinggi seperti melihat ke surga yang mulia. Sementara Candi Sewu memberikan saya pengalaman ada di masa lalu. Momen yang intens, di mana saya bisa melihat dua– tiga gambaran masa lampau yang menakjubkan,” jelasnya.
Dirinya juga menyebut bahwa melukis Candi Sewu di malam hari menjadi salah satu favoritnya yang membuka pengalaman dan pandangan baru.
“Melukis Candi Sewu di malam hari benar-benar membuatku menyadari hal yang berbeda. Dengan bantuan proyektor yang menghasilkan pencahayaan yang begitu dramatis, saya bisa melihat volume candi yang tidak kulihat di siang hari. Ini sungguh pengalaman yang luar biasa,” jelasnya.
Nelson Ferreira mengajak para pelukis muda untuk terus menghormati dan mengerti peninggalan-peninggalan heritage dari masa lalu. Menurutnya, seni akan menjadi tak berarti jika tradisi ini tidak diwariskan dari generasi sebelumnya.
“Kita bukan siapa-siapa tanpa masa lalu. Apa yang kita ciptakan sekarang berhubungan dengan masa lalu. Sangat sedikit yang original. Sembilan puluh sembilan persen kualitas karya-karya saat ini terhubung melalui tradisi yang berjalan panjang dari masa lalu. Intinya adalah belajar dari maestro sejati dan belajarlah dari generasi pendahulu,” jelasnya.
Nelson Ferreira mengajak setiap orang untuk bisa melihat lukisan Platigleam dari Candi Borobudur, Prambanan dan Candi Sewu secara langsung. Dirinya menjamin bahwa pengunjung yang melihatnya secara langsung akan dibuat terkejut akan efek yang ditimbulkan.
“Anda akan menyukai efek aneh dari gambar yang muncul dan menghilang, mengikuti pergerakan cahaya yang dipantulkan. Pengunjung akan langsung berinteraksi dengan lukisan ini. Pengalaman yang mengisi segala usia, budaya yang berbeda ini adalah sesuatu yang baru. Saya sangat senang jika setiap orang bisa menikmati PlatiGleam painting secara langsung untuk mendapatkan pengalaman secara menyeluruh. Kamu akan mendapatkan pengalaman yang sama sekali baru,” jelasnya.
Commercial Group Head PT Taman Wisata Borobudur AY Suhartanto menambahkan bahwa program Twin World Heritage yang dimulai IDM sejak tahun 2017 ini menjalin kerja sama dengan sejumlah destinasi dunia, antara lain Candi Borobudur dengan Angkor Wat, Candi Borobudur dengan Monastery Batalha, Candi Borobudur dengan Machu Picchu dan Candi Prambanan dengan Taj Mahal.
“Twin World Heritage merupakan langkah untuk mengenalkan serta menaikkan awareness destinasi di Indonesia di mata dunia. Program ini meliputi beberapa agenda, antara lain kerja sama meningkatkan pengunjung di masing-masing destinasi (market share), kerja sama promosi untuk digital marketing dan kerja sama pertukaran dan sharing SDM serta joint exhibition di masing-masing destinasi,” pungkasnya.

Taman Mini Indonesia Indah berkolaborasi dengan Kementerian Sekretariat Negara RI, Kementerian Kebudayaan RI, Kementerian Pariwisata RI mengadakan kegiatan Workshop Kolaboratif: Tata Kelola, Promosi dan Rancang Program Anjungan Daerah di Gedung Sasana Utama, TMII, Jakarta, Kamis (21/8/2025). Kegiatan ini bertujuan untuk membangun sinergi serta mengintegrasikan kebijakan nasional antarkementerian dalam rangka transformasi Anjungan Daerah. Empat tujuan dari […]

PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko atau InJourney Destination Management mencatat kunjungan sebanyak 46.814 wisatawan yang berkunjung ke destinasi Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko pada masa libur HUT Ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia dari tanggal 15–19 Agustus 2025. Sepanjang akhir minggu yang ditambah dengan cuti bersama ini, destinasi Taman Wisata […]