Dirut IDM Ikuti Perhelatan Simposium Internasional We Are Site Managers di Sawalunto: Warisan Budaya sebagai Panduan Masa Depan
Direktur Utama PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko Febrina Intan mengikuti agenda Simposium Internasional “We Are Site Managers” di tengah lanskap Warisan Tambang Batu Bara ombilin sebagai Warisan Dunia UNESCO yang berada di Kota Sawahlunto, Sumatera Barat. Pertemuan dari tanggal 23 hingga 28 Agustus 2025 ini diadakan oleh Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Sumatra Barat.
Dalam kesempatan tersebut, Dirut IDM Febrina Intan menjadi salah satu pembicara dan menyampaikan makalah bertajuk Guardians of Meaning: Reimagining Heritage Site Management through Purpose, Place and People. Dalam makalah tersebut, Febrina Intan menyampaikan pendekatan dampak sosial dan ekonomi yang keberlanjutan melalui empat pilar, yaitu spiritual, education, conservation, dan tourism.
Febrina Intan juga menjabarkan delapan dimensi strategi bisnis bertanggung jawab. Astha Loka IDM merepresentasikan delapan dimensi yang membimbing individu maupun organisasi untuk mengejar visi besar perusahaan, yang menghubungkan masa lalu, saat ini dan masa depan.
Dala Astha Loka ini, Febrina Intan menjabarkan masing-masing poin, antara lain narasi dan interpretasi, spiritual dan filosofi, lingkungan yang berkelanjutan, ruang dan arsitektur, edukasi dan transfer pengetahuan, teknologi dan inovasi, ekonomi dan bisnis model serta sosial dan komunitas.
“Di tahun 2025 kita menggaungkan semangat berdampak. Apapun yang kita lakukan, harus membuat dampak yang signifikan, bagi ekonomi, sosial, lingkungan di kawasan,” jelas Febrina Intan.
Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Fadli Zon, yang hadir langsung membuka kegiatan ini menegaskan bahwa warisan budaya bukan sekadar peninggalan masa lalu, tetapi pijakan penting dalam membangun masa depan yang berakar pada nilai, sejarah, dan identitas.
“Hari ini, kita tidak hanya berdiri di sebuah kota. Kita sedang berada dalam sebuah monumen yang hidup, arsip raksasa yang menjadi saksi ketangguhan, impian, kerja keras, dan dedikasi manusia,” ujar Menbud Fadli Zon membuka sambutannya di hadapan para peserta simposium.
Menurut Fadli Zon, tantangan warisan budaya di era modern justru semakin kompleks. Ia menyebutkan bahwa meskipun rantai kolonialisme telah lepas secara fisik, dunia saat ini menghadirkan bentuk-bentuk baru dari “rantai” yang tak kasat mata, yaitu globalisasi yang menyeragamkan budaya dan yang paling berbahaya, hilangnya kesadaran akan sejarah sendiri.
Menbud Fadli menegaskan bahwa para pengelola situs tidak hanya berperan sebagai penjaga fisik bangunan dan artefak, melainkan sebagai ideolog dan pemikir yang bekerja langsung di lapangan.
“Mereka memiliki tanggung jawab untuk mengubah situs warisan dari tempat swafoto menjadi ruang refleksi, tempat generasi muda bisa belajar, bertanya, memahami, dan terinspirasi oleh perjuangan dan warisan leluhurnya,” ujarnya.
Lebih lanjut, Menteri Kebudayaan Fadli Zon juga menyampaikan bahwa Pemerintah Indonesia menempatkan kebudayaan sebagai fondasi pembangunan nasional.
“Dalam kerangka Agenda Pembangunan Pasca-2030, kebudayaan akan menjadi elemen penting dalam menjawab berbagai tantangan global. Indonesia tidak hanya berkomitmen untuk memperkuat kehadirannya dalam peta warisan dunia, tetapi juga ingin menjadikan dirinya sebagai poros peradaban dunia, tempat nilai-nilai luhur masa lalu dibaca ulang untuk menavigasi masa depan,” tegasnya.
Rangkaian simposium diawali dengan jamuan selamat datang di Istana Gubernur Sumatra Barat, diikuti kunjungan ke sejumlah situs penting, seperti Stasiun Kayu Tanam, Stasiun Padangpanjang, dan Perkampungan Tradisional Minangkabau “Padang Ranah Tanah Bato” di Kabupaten Sijunjung yang masuk dalam Daftar Sementara Warisan Dunia UNESCO. Kegiatan kemudian terfokus di Area A Warisan Tambang Batu Bara Ombilin Sawahlunto, meliputi Situs Pertambangan dan Kota Tambang di Kota Sawahlunto.
Puncak dari kegiatan ini adalah peluncuran “Dokumen Sawahlunto”, sebuah dokumen aksi yang akan menjadi panduan strategis bagi pengelolaan warisan di masa depan. Dokumen ini dirancang sebagai panduan aksi yang praktis dan adaptif, tidak hanya bagi Indonesia, tetapi juga diharapkan dapat menginspirasi komunitas warisan global.
Para peserta tidak hanya mengikuti sesi diskusi panel yang membahas isu-isu krusial dalam pengelolaan warisan budaya, seperti pelestarian warisan industrial, keterlibatan masyarakat, identitas dan interpretasi warisan, hingga manajemen risiko bencana, tetapi juga melakukan kunjungan lapangan untuk menyelami langsung jejak kehidupan masyarakat tambang masa lalu.
Para peserta dan pembicara panel berasal dari berbagai negara dan institusi ternama, termasuk perwakilan dari UNESCO, ICOMOS Indonesia, serta para pengelola situs dari sejumlah negara di dunia, yaitu dari Arab Saudi, Tiongkok, Malaysia, Singapura, Thailand, Taiwan, Korea Selatan, Jepang, Australia, Islandia, Inggris, Belanda, juga dari Indonesia.

InJourney Destination Management mengikuti agenda Wonderful Indonesia Business Matching (WIBM) di Tiongkok dan Korea Selatan. Kegiatan yang diadakan oleh Kementerian Pariwisata Republik Indonesia ini bertujuan untuk memperkuat promosi pariwisata Indonesia ke pasar wisatawan di Asia Timur, terutama di Tiongkok dan juga Korea Selatan. Wonderful Indonesia Business Matching (WIBM) dengan kampanye Go Beyond Ordinary ini menghadirkan […]

InJourney Destination Management berhasil meraih dua kategori penghargaan di ajang TOP Government, Risk and Compliance (GRC) Awards 2025 di Hotel Raffles Jakarta, Senin (8/9/2025). Di tahun ini, IDM berhasil meraih penghargaan dalam kategori TOP GRC Awards 2025 #STAR 4 dan THE MOST COMMITTED GRC LEADER 2025 untuk Joel Siahaan selaku Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko […]